Alamat Konsuil Sumatera barat : Jl. khatib Sulaiman No.63 C Kota Padang Telpn : 0751 7057987

Home » » Mendeteksi Tingkat Kebocoran Arus Listrik Pada Instalasi Listrik

Mendeteksi Tingkat Kebocoran Arus Listrik Pada Instalasi Listrik

Pemanfaat tenaga listrik yang merupakan milik pelanggan listrik. Diantara Instalasi Penyedia dan Instalasi Pemanfaat biasanya dipasang Alat Ukur dan Pembatas (APP) sebagai alat transaksi/timbangan jual beli tenaga listrik antara Perusahaan Penyedia tenaga listrik dengan Pelanggan listrik yang akan memanfaatkan tenaga listrik. Berbeda dengan pedagang beras dipasar maka alat transaksi/timbangan jual beli beras yang dimiliki oleh pedagang beras ditempatkan di pasar dimana beras diperjual-belikan, sedangkan untuk jual beli tenaga listrik alat transaksi/timbangan (APP) yang dimiliki oleh penyedia listrik pada umumnya ditempatkan dirumah/bangunan pelanggan listrik. Oleh karenanya pelanggan listrik tidak dibenarkan mengganggu fungsi dari APP tersebut.
Intalasi listrik, baik instalasi penyedia maupun instalasi pemanfaat sama-sama akan memiliki tingkat kebocoran dengan batasan maksimal sesuai standar yang berlaku. Pada tulisan artikel ini dibatasi hanya akan membahas mengenai cara mendeteksi tingkat kebocoran arus listrik pada instalasi listrik milik pelanggan (instalasi pemanfaat), khususnya pada instalasi pemanfaat tenaga listrik tegangan rendah. Tingkat kebocoran arus listrik pada suatu instalasi listrik akan sangat dipengaruhi oleh :
- Kualitas isolasi dari material instalasi listrik yang dipergunakan;
- Umur dari instalasi listrik yang dipergunakan (sudah berapa lama dipergunakan);
- Cara penggunaan dari instalasi listrik, tegangan operasi, pembebanan dan sebagainya;
- Kondisi-kondisi lain yang mempengaruhi instalasi listrik seperti suhu ruang dan sebagainya.
Secara normal berdasarkan hasil ukur uji isolasi dengan menggunakan tegangan uji standar 500 volt, maka disyaratkan menurut PUIL harus memiliki tahanan isolasi minimal sebesar 1 kilo ohm per volt atau minimal sebesar 500 kilo ohm (=0,5 mega ohm). Dengan persyaratan ini berarti bahwa tingkat kebocoran arus listrik maksimal adalah 500 volt/500.000 ohm = 1 mili ampere atau setara dengan konsumsi listrik sebesar : (1 mili ampere x 500 volt x 720 jam)/1000 = 0,36 kWh per bulan atau jika tegangan operasi dari instalasi listrik tersebut yang digunakan adalah sebesar 220 volt, maka perhitungan akan menjadi berbeda, yakni tingkat kebocoran arus listrik maksimal adalah 220 volt/500.000 ohm = 0,44 mili ampere atau setara dengan konsumsi listrik sebesar : (0,44 mili ampere x 220 volt x 720 jam)/1000 = 0,069696 kWh per bulan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendeteksi tingkat kebocoran arus listrik pada instalasi pemanfaat tenaga listrik tegangan rendah :
1.Matikan semua beban listrik / pemakaian listrik dengan cara mencabut steker (kontak tusuk) kulkas, pesawat TV, Radio, AC, Kipas Angin, Strika Listrik, Rice Cooker dan sebagainya, maupun melalui saklar untuk mematikan lampu-lampu dalam ruangan dan sebagainya.
2.Setelah tidak ada beban yang tersambung atau menyala, selanjutnya cek putaran piringan kWh meter yang ada di APP, apakah berhenti sama sekali, masih berputar tapi pelan sekali atau masih berputar cepat. Pengecekan ini hanya dapat dilakukan dengan mudah pada kWh meter jenis mekanik yang menggunakan piringan, sedangkan pada kWh meter jenis digital/elektronik akan sedikit sulit dalam penghitungan angka digitnya sehingga akan memerlukan waktu yang lebih lama.
3.Selanjutnya matikan sakelar atau MCB pada BOX Sikring/PHB (Panel Instalasi milik Pelanggan), yang biasanya dipasang tidak jauh dari letak APP, lihat Gambar, amati dengan cermat hasilnya, apakah ada perbedaan antara kondisi pada butir 2 diatas dengan kondisi pada butir 3 ini.
4.Langkah pada tahap berikutnya adalah mematikan atau meng OFF kan tuas alat pembatas (MCB) milik penyedia, lihat Gambar, amati dengan cermat hasilnya, apakah ada perbedaan antara kondisi pada butir 3 diatas dengan kondisi pada butir 4 ini.
5.Kesimpulan dari hasil pengamatan pada butir 2, butir 3 dan butir 4 :
a.Jika hasil pengamatan pada butir 2 menunjukan bahwa piringan kWh meter (jenis mekanik) tidak berputar, dapat dipastikan tidak ada keboran pada instalasi listrik;
b.Jika hasil pengamatan pada butir 2 menunjukan bahwa piringan kWh meter (jenis mekanik) berputar pelan/lambat atau cepat, dapat dipastikan ada keboran pada instalasi listrik, hanya perlu dihitung seberapa besar tingkat kebocorannya;
c.Jika hasil pengamatan pada butir 3 menunjukan bahwa piringan kWh meter (jenis mekanik) tidak berputar, dapat dipastikan tidak ada keboran pada instalasi listrik; namun sebaliknya jika piringan kWh meter (jenis mekanik) masih tetap berputar, maka dapat dipastikan bahwa terdapat kebocoran instalasi antara APP dengan PHB;
d.Jika hasil pengamatan pada butir 4 menunjukan bahwa piringan kWh meter (jenis mekanik) tidak berputar, dapat dipastikan tidak ada keboran pada instalasi listrik; namun sebaliknya jika piringan kWh meter (jenis mekanik) masih tetap berputar, maka dapat dipastikan bahwa terdapat ktidak-normalan pada intalasi APP (pada kWh Meternya).
Selanjutnya bagaimana cara menghitung tingkat kebocoran dari instalsi listrik tersebut ? Berikut ini contoh cara menghitungnya :
1.Cek karakteristik dari kWh meter (pada kWh meter mekanik) yang terpasang terutama nilai jumlah putaran per kWhnya, misalnya tertera 400 putaran/kWh, ini artinya kalau berputar sebanyak 400 kali menandakan pemakaian listrik telah mencapai 1 kWh atau 1.000 watt dalam satu jam.
2.Dari hasil pengamatan pada butir 1, butir 2 atau butir 3, misalnya diperoleh 1 putaran dalam waktu 15 menit, maka dalam satu jam dapat disimpulkan : 60/15 x 1 putaran = 4 putaran, yang artinya dalam satu jam akan menimbulkan kebocoran sebesar = 4/400 x 1 kWh = 0,01 kWh atau dalam satu bulan mengalami kebocoran : (720 jam x 4 putaran)/400 x 1 kWh = 7,2 kWh; dengan angka kebocoran ini berarti tingkat kebocoran sudah sangat melampaui batas standar (0,069696 kWh per bulan) atau tingkat kebocorannya suda mencapai : 7,2 kWh/0,069696 kWh x 100 % = 10.331 %, artinya sudah sangat luar biasa tingkat kebocorannya.
Demikianlah cara sederhana untuk mendeteksi ada tidaknya kebocoran pada instalasi listrik dan sekaligus menghitung seberapa besar tingkat kebocorannya. Mudah-mudahan bermanfaat.
:

konsuil

konsuil